Sunday, March 31, 2013

Kisah lucu tentang para wanita dan hasrat tak terkendali mereka pada sepatu




Kisah lucu tentang para wanita dan hasrat tak terkendali mereka pada sepatu

Jauh sebelum sepatu hak tinggi dengan nama eksotis (Loboutin, iya kan?) menjadi barang yang paling diinginkan, para wanita sebenarnya sudah menjadi para penggila sepatu. Namun pada saat ini, kami mendapat bukti seberapa gilanya mereka: Ketika hasil penjualan beberapa barang anjlok (terima kasih pada resesi), penjualan sepatu justru semakin meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Yap, pembelian sepasang sepatu selalu memiliki efek supernatural — seperti misalnya, membuat outfit Anda lebih up-to-date dibandingkan tahun lalu, atau bahkan membuat Anda terlihat lebih seksi — tapi sebenarnya hal itu bukan menjadi alasan yang menjelaskan mengapa penjualan sepatu tidak seperti penjualan-penjualan barang lain. Percaya para ahli untuk mendapat jawabannya: sebenarnya, kami selalu berambisi pada sepatu, walaupun keadaannya sedang tidak memungkinkan.

Happy Feet
Pertama-tama, sebenarnya ada peningkatan mood yang benar-benar terjadi saat Anda sedang mencoba-coba beberapa pakaian. “Dopamin Neurotransmiter diluncurkan, membuat perasaan menjadi jauh lebih baik, sama seperti ketika Anda mengkonsumsi obat-obatan, “ kata Martin Lindstrom, seorang ahli branding di 100 perusahaan Fortune dan penulis buku Buyology: Truth and Lies About Why We Buy. “Dopamin Anda meningkat sampai ketika kartu Debit Anda digesek.” Biasanya detak jantung akan meningkat kemudian akan menjadi datar lagi, dan perasaan bersalah akan merayapi Anda. Namun, hal itu tak akan terjadi ketika yang Anda beli itu adalah sepasang sepatu. “Para pembeli beranggapan sepatu itu adalah barang yang berguna — sesuatu yang bisa mereka gunakan beberapa kali seminggu — sehingga perasaan senang mereka akan bertahan lama.” Kata Lindstrom.

Tetapi ternyata bukan hanya Dopamin yang bekerja. Sifat untuk gonta ganti gaya sepatu juga merupakan reaksi yang datang dari otak, kata Lindstrom. Membeli sepasang sepatu baru merangsang area prefrontal cortex pada otak untuk mendeskripsikannya sebagai barang koleksi yang baru. “Sepatu merupakan barang yang dapat dikoleksi,entah para wanita melihatnya seperti itu atau tidak,” kata Suzanne Ferriss, PhD, seorang editor buku Footnotes: On Shoes. Coba pikirkan bagaimana mereka dipajang dengan cantik pada rak sepatu di toko-toko. “Mereka seperti ukiran,” kata Ferris. Kesimpulannya, mengoleksi beberapa jenis sepatu akan meningkatkan adrenalin  sama seperti kepuasan yang didapatkan seorang kolektor perangko ketika ia menemukan sebuah perangko yang langka.

Sebuah Kekuatan yang Lebih Besar
Semua perasaan bahagia itu semakin diperkuat saat Anda memilih sepatu hak tinggi, namun sekali lagi, yang bekerja adalah biologi, bukan Jimmy Choo. “Seperti kebanyakan hewan, kita beranggapan bahwa ada hubungan antara tinggi tubuh dengan kekuatan,” kata Helen Fisher, PhD, Professor Antropologi di Universitas Rutgers. “Sepatu hak tinggi akan meningkatkan status Anda karena Anda akan menjadi lebih tinggi ketika mengenakannya.”

Sepatu hak tinggi memiliki sejarah signifikan yang akan menambah daya tarik mereka. Pada abad-abad sebelumnya, hanya orang-orang kaya yang mengenakan sepatu hak tinggi — orang lain memiliki alas kaki yang lebih praktis untuk bekerja sehari-hari. “Dulu, sepatu merupakan tolak ukur untuk kelas sosial,” kata Fisher “dan kita sekarang masih memiliki pola piker yang seperti itu.”

Sexual Heeling
Sekarang kita akan membahas hal yang lebih tinggi — stiletto — dan elemen-elemen lain yang mengarah kepada hal utamanya: Sex. Stiletto tidak dapat dipungkiri lagi adalah sepatu yang sexy. Tapi mengapa sebenarnya? “Ketika para wanita mengenakan stiletto, mereka mengambil sikap lordosis,” kata Fisher. “bokongnya meningkat, dan punggungnya menegak.”

Tapi ada hal lain yang lebih dari sekedar Anda terlihat seksi. Menurut Daniel Armen, MD, penulis buku The Brain in Love, pola pikir kita terbentuk pada hal yang menghubungkan kaki dengan seks. “Bagian otak yang berkomunikasi dengan bagian genital berada dekat dengan area otak yang berhubungan dengan kaki,” kata Dr. Amen. “Bagian ini saling berbagi saraf, sehingga itulah yang menyebabkan mengapa sepatu bisa menjadi hal yang erotis.” Dan selama ini kita berpikir ini hanyalah gairah kita untuk berbicara dengan gaya high-class.

No comments:

Post a Comment